Kamis, 10 November 2011

Cintailah Perdamaian




Damai adalah sebuah perilaku terpuji yang harus dilestraikan oleh umat manusia. Dengan bersifat cinta damai, kita mampu membuat dunia ini menjadi lebih baik, aman dan tenteram. Tidak akan ada perselisihan ataupun pertempuran di dunia ini. Untuk itu, hendaknya sifat cinta damai menjadi darah daging dalam diri setiap manusia agar kedamaian selalu terjaga.
Di belahan bumi, sudah sering terjadi perselisihan maupun pertempuran. Apalagi perselihan itu melahirkan pertempuran antara suatu bangsa dan bangsa lain. Pada dasarnya, maha pencipta sangat benci dengan pertempuran dan pertumpahan darah, kecuali dalam membela dan mempertahankan agama Allah. Tak sepantasnya perselisihan dijadikan sebagai tradisi dari waktu ke waktu.
Sebenarnya kita boleh saja berselisih dan berlawanan dengan bangsa lain asalkan bangsa kita tertindas dan merasa terganggu. Dalam hal seperti demikian memang sangat diperlukan semangat juang untuk menghancurkan bangsa pengacau tersebut. Namun sangat disayangkan, makna dan semangat tempur pada zaman dahulu itu sudah berlain makna oleh generasi muda.
Saat ini, perselisihan dan pertempuran tidak lagi diperuntukkan kepada bangsa lain yang mengganggu kedaulatan bangsa kita, tetapi kepada bangsa kita sendiri. Perselisihan yang marak di kalangan masyarakat dapat kita lihat dari maraknya tawuran antar pelajar dan mahasiswa. Sekarang ini, rasa persaudaraan sudah semakin tipis dikalangan generasi muda di Indonesia.
Tidak hanya pelajar yang melakoni tawuran, tetapi juga mahasiswa. Jika kita pikirkan sejenak, maka sangat tidak layak jika para mahasiswa melakukan tawuran. Padahal, mahasiswa adalah generasi penerus yang telah dianggap dewasa dan mampu berpikir untuk kemajuan bangsa, bukan untuk saling menghancurkan. Jika ini sering terjadi, bisa saja Indonesia akan runtuh di kemudian hari.
Setidaknya, para mahasiswa bisa mengarahkan pikirannya ke arah yang positif. Apa gunanya bersikap anarkis tanpa sebab yang pasti. Itu sangat tidak mencerminkan sebuah etika sebagai seorang mahasiswa dan sebagai warga negara yang baik. Hendaknya, tindakan anarkis yang terjadi di negeri ini menemukan jalan keluar yang baik agar tidak terjadi perselisihan untuk kesekian kalinya.
Jika seandainya mahasiswa berpikiran positif, tentu tidak akan ada perselisihan yang berarti. Akan lebih baik hidup dengan perdamaian dan menjalin hubungan persahabatan antar mahasiswa. Padahal, tawuran yang terjadi merupakan perselisihan antara beberapa orang saja, jadi yang lain tidak harus ikut. Cukup mereka saja yang menyelesaikannya dengan cara mereka tanpa mengikutsertakan pihak lain.
Rupa-rupanya, tidak pelajar dan mahasiswa saja yang candu dengan perselisihan dan perkelahian, warga masyarakat juga banyak yang mengalami perselisihan. Misalnya saja terjadinya perang antar kampung yang kerap kali mengundang korban jiwa. Jika hal seperti ini terus terjadi, maka keutuhan negara kesatuan republik Indonesia bisa terombang ambing. Hendaknya, mereka yang berselisih mampu berpikir dengan baik tentang apa yang dapat terjadi apabila melakukan perselisihan.
Kalau seandainya sekarang mereka berkelahi hanya untuk melampiaskan nafsu semata, maka esok bisa diganti dengan menjalin persahabatan antar warga dan antar sekolah. Semakin banyak teman, makin erat persatuan, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat dan disegani bangsa lain. Tidak akan ada lagi perselisihan dan perpecahan akan terhindari.
Maka dari itu kita harus menjalin persatuan dan kesatuan, agar tidak terjadi perselisihan antar masyarakat yang sebangsa dan se-tanah air. Indonesia akan menjadi bangsa yang padu, bersatu dan memiliki rasa kebersamaan jika semua yang dicita-citakan bangsa dapat terwujud. Dari hal-hal yang kita lihat, dapat disimpulkan bahwa kita harus menghargai perbedaan. Jangan diselesaikan dengan kekacauan, selesaikan dengan musyawarah. Tidak ada untung yang kita dapatkan dari perselihan sesama warga bangsa, karena perselisihan hanya akan membuat kerugian moril bagi bangsa kita sendiri.
Penulis, bergiat di Komunitas Ladangbaru Padang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar