Khasanah


Asal Mula “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” di Minangkabau
Oleh: Wendi Ichsan

Minangkabau dahulu memiliki peradaban yang jauh berbeda dengan Minangkabu sekarang. Pada zaman dahulu, masyarakat Minangkabau mempercayai benda-benda gaib yang dianggap mampu memberikan kebaikan bagi masyarakat, baik itu rezeki, makanan, hujan, dan lain sebagainya. Itu semua terjadi karena masyarakat Minangkabau dahulunya memiliki kepercayaan animisme.
Kepercayaan animisme yaitu percaya terhadap hal-hal gaib, benda-benda gaib dan kebiasaan memuja arwah para leluhur. Kebiasaan itu dianggap manjur oleh nenek moyang masayarakat Minangkabau dahulunya. Namun, bergantinya waktu dan masa kini telah berbeda. Kini kepercayaan animisme itu telah digantikan oleh agama islam yang mayoritas dianut masyarakat Minangkabau.
Dari pergantian masa dajulu dan sekarang itulah munculnya pepatah “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” yang menggantikan kepercayan animisme dengan ajaran islam. Adat basndi syarak, syarak basandi kitabullah itulah yang harus kita pakai hingga akhir masa. Sebab, islam telah mengajarkan ajaran yang benar dan menunjukkan jalan yang lurus kepada masyarakat Minangkabau.
Meskipun adat nenek moyang kita Minangkabau sebagai penyembah menhir. Tapi kita harus senantiasa mengenang dan membanggakan adat Minangakabau. Untuk itu, kita harus membanggakan adat kita sendiri. Pada dasarnya, kita bermula dari nenek moyang yang mengandung ajaran animisme.
Bagaimanapun juga, kebiasaan nenek moyang kita terdahulu masih terpakai pada saat sekarang. Meski tak lagi seperti dulu, namun harus senantiasa dijaga. Sebenarnya boleh saja menggunakan adat istiadat yang terkandung dalam adat minangkabau terdahulu, tapi harus dibatasi dengan ilmu agama islam. Jangan sampai adat yang kita pakai bersinggungan dengan ajaran agama islam.
Adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah akan sangat baik jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita akan tenteram bersama ajaran adat dan agama yang telah kita pakai. Untuk itu, tidak ada salahnya kita menggunakan ajaran adat jika diiringi dengan ajaran agama islam. Dengan begitu, kehidupan kita akan terasa bahagia jika mampu menjalankan keduanya.
Sebagai orang Minangkabau, kita harus mampu melakoni dua hal tersebut. Kita harus bisa menjalani kehidupan beradat dan hidup beragama sesama manusia di lingkungan Ranah Minang. Sebab, jaminan kehidupan yang bahagia, tentram dan sejahtera akan senantiasa melekat pada diri kita dengan sendirinya apabila mampu untuk menjalankan keduanya.
Untuk melestarikan kebudayaan dan kebiasaan baik nenek moyang Minangkabau, dengan memakai cara-cara mereka terdahulu kita sudah melestarikan adat. Dengan satu catatan, tidak boleh menyimpang dari ajaran agama islam yang membatasi adat tersebut. Jika terjalani dengan baik, maka kita akan merasakan kebaikan dan mendapatkan manfaat yang baik pula. Kita harus dapat memperoleh informasi dan mengetahui teknologi dan juga harus senantiasa mempertahankan kebudayan asli.
Penulis, bergiat di Komunitas Ladangbaru Padang